Minggu, 02 Februari 2014

puisipuisi

Untukmu
Karya : Windi Rahayu

Sayang ..
apa kabar kau disana ?
lelahkah menungguku ?
sayang ..
aku akan segera datang
tunggu aku dengan senyummu itu
bila waktunya telah tiba
karena masih banyak yang harus aku cari untuk bahagiakan hidupmu nanti




DIAM
Karya : Yeva Purnama
Diam tak bergerak
memapah bunyi yang menusat dipikiran
mencaci angin tajam tampak dengan risau
Aku berpura-pura bisu
bertingkah gila meramu suasana
tak sengaja menjejakkan kaki ini diatas lumpur kehidupan itu
tapi dengan satu tiupan angin
bisu seperti berlompat-lompatan
lompat kedalam waktu-waktu yang berubah wajah tiap detik
Aku masih berpura-pura bisu, masih dengan semua suasana dan aura yang sama
masih dengan aroma-aroma yang membuat risau
dengan angin tajam yang membayangi
dengan jejak waktu yang berkejar-kejaran dari belakang



Memahami pertemuan
Karya : Iyan Sopian
Ketika hujan
Lampu-lampu trotoar berkaca di jalan malam
Sedangkan dirimu menahan keberadaan
Aku memahami wajahmu Yng masai
Tubuh keluh dan kaki yang capai
Juga tentang kenangan
Yang tak selesai kau bicarakan
Sementara hujan belum juga reda
Tapi kita masih setia

Minggu, 26 Januari 2014

Puisi

Puisi
Lutfi Mardiansyah


DI TERRACE CAFÉ

            : kepada Vincent van Gogh


Setiap malam, kita memenuhi
gelas-gelas dengan kekosongan.


2013





KALIKA MELANCTHA


Memandang matamu,
mendengar
dengung di udara.

Seekor lebah mendengung dari jauh.

Sebuah tenung, membuatnya
melesat, menziarahi
lekuk-lengkung lembah.

Sebab ia menangkap isyarat
pada ladung langit.

Memanggil lewat senyap,
sesuatu seperti gemerincing
lonceng lili lembah

di keheningan hutan,
miliaran genta melepas gema,
menyusun vista demi vista,

ketika kau berkedip.
Lahirlah kembali surga
yang lenyap;

yang gapuranya alis matamu,
yang penuh ditumbuhi
 mawar hitam—matamu,

suaka suci bersuhu sejuk
dengan curah
hujan yang bijak.


2014






MENCARI MABUKMU


Aku mencarimu
di antara kepulan asap mariyuana,
di antara kaleng-kaleng minuman soda,
botol-botol bir, sloki-sloki wiski,
pada mabuk yang mengajakku masuk
ke dalam mimpi-mimpi yang retak,
menemukan diriku sendiri suntuk
menenggak bergalon-galon arak
sampai sempoyongan jalanku, mencari
pintu keluar dari segala kejaran ilusi;
mencari sajadah di masjid-masjid jami,
mencari altar-altar pemberkatan
di katedral-katedral minggu pagi.

Aku mencari mabuk
yang ‘kan membawaku ke dalam pelukmu,
seperti mabuk Li Po di puncak gunung,
seperti mabuk Hallaj di tiang gantung.
Aku mencarimu di antara tuts piano
dan improvisasi saksofon, barangkali suaramu
terselip dalam sebuah komposisi.
Tetapi biduan yang menirukan suara
Ella Fitzgerald itu, menyeret menyudutkanku
ke gang-gang gelap waktu, di antara
tembok-tembok bata merah yang ditatah
disusun sejarah. Aku terjebak dalam dunia
yang bising dan dengungmu makin jauh.

Di antara asap mariyuana,
pada kaleng-kaleng minuman soda, aku sibuk
sendawa, mabuk dan tergelak. Di antara
botol-botol bir dan sloki wiski, kutulis
puisi-puisi sempoyongan, yang mencari jalan
keluar dari penjara kata-kata, mencari jalan
setapak demi menjadi doa-doa. Mabukku
belum seberapa, belum sampai pada mabukmu
yang murni. Aku masih berkeliaran di antara
rumah-rumah ibadah dan kedai minum yang gerah.
Aku mabuk mencarimu, tetapi belum juga kita
berjumpa dalam mihrab, meja mabuk yang sama.


2014





BELAJAR BERKEBUN


Aku ingin belajar berkebun, belajar sabar
mencintaimu. Menerima sehampar
tanah hitam yang ditinggalkan musim dingin,
selepas salju mencair.

Mencintaimu adalah menghimpun
udara hangat, seraya
mempersembahkannya sebagai sesaji
kepada kecambah.

Cinta, sebagaimana bunga-bunga,
tak tumbuh dalam semalam.

Mencintai adalah kerelaan menanti tunas tugur,
menciptakan daunnya selembar hari ini,
selembar esok hari ...

Mencintai adalah memberikan seluruh waktu
bagi sekuntum kembang yang takkan abadi.

Aku ingin belajar berkebun, belajar ngungun
mencintaimu. Memberikan suam
musim semiku, untuk berduka di musim gugur,
untuk sendiri di musim dingin,

disalib salju.


2014






ORIGAMI


Bulan sedan
pada gramofon
yang monoton.

Di sebuah jendela seseorang menggantung origami dari kertas krem
yang ditulisi puisi—ia akan tak mendapatkan pohon musim semi
atau iring-iringan migrasi, hanya kabel yang gigil dan pagi yang pudar
dari kalender yang gemetar, dan dinding alabaster yang menyimpan
gema musim gugur.

Pada bagian coda Simfoni Ketiga, ia putuskan untuk tak berdoa,
sebab salju akan putih—putih yang biasa.

Untuk menulis sebuah puisi dan melipatnya menjadi kolibri,
ia musti berpaling dari langit yang itu-itu juga, di mana
frasa pertama adalah sesuatu tentang warna dan makna kedua,
mungkin biru lazuardi atau merah kirmizi.

Barangkali hidup hanya siklus, sebuah schedule, di mana bulan pun
akan kekal, akan tak kekal, di mana salju selalu putih pada gilirannya,
dan ia akan kembali menulis puisi, melipatnya menjadi kolibri
yang akan tak mendapat migrasi, kecuali sebuah jendela tertutup,
terkunci, dan abu November,

sebuah rapsodi.


2013






MENGELUS RAMBUTMU


Lembut yang kuingat
pada rambutmu
adalah kegelapan tanpa nama,

sebelum terang terbentuk
dari taklimat pertama.

Tapi aku ingin melupakan segala sabda.
Aku ingin lupa bahwa kita
memiliki mulut untuk mengucap
mengujarkan cinta.

Aku hanya ingin tidur, berbaring
di sisimu, mengelus rambutmu
seperti mencari pangkal penciptaan,
pada sabtu yang tak sibuk.

Aku hanya ingin tidur,
berbaring di sisimu tanpa sabda.

Aku hanya ingin mengelus rambutmu,
kegelapan tanpa nama,
sebelum sesuatu menyala
di ayat ketiga;

sebelum cakrawala diletakkan
di antara alas air singgasana
Tuhan dan ornamen ombak,

pada batas tegas samudra
di bumi dan di udara,
ikan-ikan dan burung-burung dipisahkan.

Aku ingin menghapus hari kedua,
menghapus cakrawala.

Aku ingin menghapus cahaya,
menumpahkan laut di langit
ke cawan-cawan samudra, mangkuk ba.

Aku hanya ingin tidur,
berbaring di sisimu tanpa cahaya,
pada ranjang yang tak ada.

Aku hanya ingin mengelus rambutmu,
berenang dan terbang,
pada laut dan langit yang belum
diciptakan.


2014






TERINGAT RUBAIYAT KHAYYAM



            I

Teringat rubaiyat Khayyam
begitu mendapati tulip tumbuh
di pipimu yang tersipu;

seolah seluruh musim gugur memujamu
dengan luruhan daun-daun
yang jatuh ngungun, tanpa suara;

seolah seluruh musim semi memujimu
dengan tunas yang tugur
dari keramahan rahim tanah;

seolah seluruh musim panas menyanjungmu
dengan kehangatan udara
dan cahaya yang bersahaja;

seolah seluruh musim dingin mencintaimu
dengan bunga-bunga putih pasi,
kelopak kembang kristal salju.

            II

Teringat rubaiyat Khayyam
begitu mendapati warna anggur
di bibirmu yang tersenyum;

O, adakah yang lebih mabuk dari dahaga penyair
yang puisi-puisinya ingin kaucium?

Adakah yang lebih lapar dari pikiran penyair
yang sajak-sajaknya ingin kaupeluk?

Maka ciumlah, kekasih, peluklah kata-kata ini.
Bibirmu akan teramat dekat dari degup

jantungku, menjelma denyut di puisi yang mencari
urat nadinya pada ranum senyummu,

mencari ruhnya pada warna anggur bibirmu.
Wahai yang selembut sayap malaikat.

            III

Teringat rubaiyat Khayyam
begitu mendapati kecantikan Tuhan
pada kejelitaanmu.


2014






Profil Penulis



Lutfi Mardiansyah, lahir di Sukabumi 4 Juli 1991 (tapi di akta kelahiran salah tulis jadi 14 Juli 1991—dengan begitu Lutfi merayakan ulangtahunnya dua kali dalam setahun). Alumni Sastra Indonesia Unpad. Buku kumpulan puisinya yang telah terbit: Sesaji Senyap (Garudhawaca: 2013). Saat ini tengah mengelola sebuah taman baca bernama “Keledai Yang Pandai: Tak Ada Makhluk Tuhan Yang Bodoh” sambil tetap setia menulis puisi. Beliau bisa dihubungi melalui alamat facebook : Lutfi Mardiansyah, nomor telepon : 085720650533.

Selasa, 07 Januari 2014

Majalah

Perbedaan Majalah Wanita dan Pria Dewasa



   Untuk laki-laki dewasa majalah yang disajikan memang mengedepankan unsur sensualitas dari keindahan tubuh wanita. Daya tarik dari keindahan tubuh wanita memang membuat laki - laki menjadi tertarik untuk membeli majalah wanita dewasa.
   Lain halnya dengan majalah wanita dewasa, muatannya lebih mengedepankan seputar kehidupan wanita dewasa tanpa ada unsur sensualitas dari tubuh pria. Namun ada juga majalah wanita dewasa yang mirip, atau bahkan sama dengan majalah pria dewasa yang menampilkan keindahan tubuh pria dewasa. Namun secara umum yang kita jumpai kebanyakan hanya majalah pria dewasa yang menampilkan keindahan tubuh wanita, sangat jarang bagi kita untuk dapat menemukan majalah wanita dewasa yang memiliki muatan sama dengan majalah pria dewasa, kebanyakan majalah wanita dewasa tidak mengedepankan unsur sensualitas pria.
   Namun, tidak dapat dipungkiri bahwa majalah wanita dewasa yang mengedepankan unsur sensualitas pria juga memiliki segmentasi pasar tersendiri. Akan tetapi bila kita datang ke toko buku tentu majalah wanita dewasa yang dijual pada umumnya mengupas seputar kehidupan serta seluk beluk wanita dewasa, tanpa memasukkan sensualitas dari tubuh pria. Akan tetapi majalah pria dewasa sudah tentu didalamnya mengedepankan unsur sensualitas serta keindahan dari tubuh wanita.